Faktor-Faktor Berlakunya Jerebu | Contoh Karangan STPM | Bahasa Melayu | Malaysia | My Wislah | Wislah Malaysia |
Contoh Karangan STPM: Faktor-Faktor Berlakunya Jerebu
Jerebu atau kabut asap adalah fenomena alam yang terjadi ketika partikel-partikel kecil seperti debu, asap, dan gas terjebak di atmosfer. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya jerebu antara lain:
- Kebakaran hutan atau lahan: Kebakaran hutan atau lahan adalah penyebab utama terjadinya jerebu. Asap dan debu yang dihasilkan oleh kebakaran dapat terbawa oleh angin dan menyebar jauh.
- Musim kemarau: Musim kemarau yang panjang dan kering dapat menyebabkan tanah menjadi gersang dan mudah terbakar. Hal ini dapat meningkatkan risiko terjadinya kebakaran hutan atau lahan.
- Kelembaban udara: Kelembaban udara yang rendah dapat menyebabkan partikel-partikel kecil seperti debu dan asap bertahan lebih lama di udara. Hal ini menyebabkan jerebu dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama.
- Topografi: Topografi daerah juga dapat mempengaruhi terjadinya jerebu. Daerah yang bergunung-gunung atau berbukit-bukit dapat mempengaruhi arah dan kecepatan angin, sehingga asap dan debu dapat menyebar dengan lebih cepat.
- Aktivitas manusia: Aktivitas manusia seperti pembakaran sampah atau pembakaran lahan untuk kegiatan pertanian juga dapat menyebabkan terjadinya jerebu.
- Pencemaran udara: Pencemaran udara yang disebabkan oleh industri atau kendaraan bermotor dapat membuat udara menjadi lebih berdebu dan beracun, yang dapat memperburuk jerebu yang sudah ada.
3 Karangan “Faktor-Faktor Berlakunya Jerebu”
Karangan 1: Faktor-Faktor Berlakunya Jerebu
Jerebu adalah fenomena yang sering terjadi di negara kita, terutama di wilayah-wilayah yang berdekatan dengan kebakaran hutan atau pembakaran terbuka. Jerebu merupakan kondisi udara yang tercemar oleh debu dan asap yang berasal dari pembakaran tersebut.
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya jerebu di antaranya adalah faktor cuaca dan iklim, kondisi geografis, serta aktivitas manusia seperti pembakaran hutan dan pembakaran terbuka. Pada musim kemarau, faktor-faktor tersebut dapat memperparah terjadinya jerebu karena kekeringan dan kurangnya curah hujan yang dapat menghilangkan asap dan debu yang terdapat di udara.
Dampak dari terjadinya jerebu sangat beragam, terutama pada kesehatan manusia dan lingkungan. Partikel-partikel yang terkandung dalam udara yang tercemar jerebu dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan, masalah kulit, serta mengganggu sistem kekebalan tubuh manusia. Selain itu, jerebu juga dapat merusak lingkungan dan ekosistem di sekitar kita.
Untuk mengurangi dampak negatif dari terjadinya jerebu, perlu dilakukan upaya pencegahan dan penanganan yang tepat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan adalah mengurangi aktivitas pembakaran hutan dan terbuka, menjaga kebersihan lingkungan, serta menggunakan masker saat keluar rumah. Selain itu, perlu adanya kesadaran dan edukasi mengenai bahaya jerebu dan cara mengurangi risiko terjadinya.
Dengan adanya upaya pencegahan dan penanganan yang tepat, diharapkan dapat mengurangi risiko terjadinya jerebu dan dampak negatifnya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Kita semua harus selalu memperhatikan kondisi lingkungan di sekitar kita dan berperan aktif dalam menjaga kebersihan serta kelestariannya agar dapat dinikmati oleh generasi yang akan datang.
Karangan 2: Faktor-Faktor Berlakunya Jerebu
Kebelakangan ini, negara kita sering dilanda jerebu saban tahun kerana puncanya daripada negara jiran dan juga negara kita sendiri. Jerebu adalah fenomena pencemaran udara yang berlaku akibat debu pembakaran atau karbon yang tidak dapat dimusnahkan dan menjejaskan kualiti udara sesebuah kawasan. Keindahan langit biru yang menampakkan bangunan-bangunan di bandaraya akan hilang dan matahari menjadi kemerah-merahan membuatkan suasana suram dan ketakutan dalam kalangan rakyat. Jadi, persoalannya adalah apakah punca-punca berlakunya jerebu dan apakah kesan kepada kita?
Punca utama kejadian jerebu yang merentas sempadan negara ini adalah akibat daripada pembakaran hutan secara besar-besaran. Ketamakkan dalam melaksanakan tugas dengan menggunakan kos yang minima untuk membersihkan hutan untuk aktiviti perladangan telah menyebabkan kaedah pembakaran hutan digunakan. Syarikat atau mereka yang ingin berusaha membangunkan kawasan perladangan seharusnya memikirkan akibat jika mereka membakar hutan. Pasti ada kaedah lain supaya perladangan dapat dijalankan disamping ekosistem dan habitat flora dan fauna di kawasan tersebut dipelihara. Pihak kerajaan juga seharusnya memperkasa penguatkuasaan dalam memastikan tiada pembakaran hutan secara besar-besaran akan berlaku.
Selain itu, jerebu ini juga berpunca daripada pembakaran terbuka yang tidak terkawal. Sebagai contoh, faktor cuaca yang kering dan panas boleh memulakan pembakaran kecil di kawasan semak atau hutan yang kemudian merebak dan kebakaran hutan yang besar terjadi. Jadi, sebagai warganegara yang bertanggungjawab kita sewajarnya melaporkan sekiranya ternampak pembakaran di hutan atau kawasan terbiar agar pihak bomba dapat mengawal pembakaran tersebut sebelum ia merebak dengan lebih besar. Tambahan pula, pembakaran terbuka di kebun atau padang sekolah contohnya hendaklah dikurangkan kerana ia juga menyumbang kepada pencemaran udara. Sebaliknya, tukang kebun boleh menggunakan sisa daun dan pokok sebagai kompos untuk membaja tanaman yang dijaga.
Antara kesan utama fenomena jerebu ini adalah kesihatan seseorang akan terjejas jika terdedah kepada kualiti udara yang teruk. Individu yang mempunyai lelah atau asma akan mudah sensitif kepada jerebu dan melemahkan mereka. Maka, mereka terpaksa bercuti dan pekerjaan atau aktiviti mereka akan tergendala. Begitu juga dengan kanak-kanak di mana ketahanan diri mereka masih dalam fasa perkembangan jika dibandingkan dengan orang dewasa. Jadi, bahaya untuk kanak-kanak didedahkan dalam keadaan udara yang tidak baik supaya mereka tidak terkena penyakit yang berkaitan dengan pernafasan dan sebagainya. Mencegah lebih baik daripada merawat di mana pencegahan masalah kesihatan diperingkat awal akan menguntungkan kita kerana merawat masalah kesihatan menelan kos yang banyak dan kesakitan yang menguji kestabilan spiritual dan fizikal.
Kesan lain akibat daripada fenomena jerebu adalah perniagaan kecil dan sederhana akan terjejas. Peniaga-peniaga pisang goreng, keropok lekor dan minuman manis yang menjadi kegemaran rakyat kita di waktu petang akan sukar untuk berniaga kerana cuaca yang tidak baik. Pelanggan mereka akan beralih kepada kedai makanan segera atau kedai di dalam pusat membeli belah kerana ianya tertutup dan bebas daripada pencemaran udara. Peniaga kecil ini selalunya berniaga di tepi jalan kerana ia memudahkan kita untuk membeli dan mendapat makanan dengan harga yang murah. Fenomena jerebu ini akan merugikan peniaga-peniaga kecil ini yang mungkin merupakan periuk nasi mereka dalam menjalani kehidupan di kotaraya yang penuh cabaran dan dugaan.
Karangan 3: Faktor-Faktor Berlakunya Jerebu
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya jerebu dan dampaknya pada kesehatan manusia dan lingkungan.
Sebuah studi yang dilakukan di Malaysia menunjukkan bahwa faktor cuaca seperti suhu dan kelembaban udara dapat mempengaruhi tingkat keparahan jerebu. Selain itu, faktor topografi seperti kemiringan lereng dan kecepatan angin juga dapat berdampak pada penyebaran asap dan debu yang terkandung dalam jerebu.
Penelitian lain yang dilakukan di Indonesia menunjukkan bahwa terjadinya jerebu berhubungan dengan adanya kebakaran hutan dan lahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pembakaran hutan dan pertanian. Asap dan debu yang dihasilkan oleh pembakaran tersebut dapat menyebar hingga ke kota-kota di sekitarnya dan mempengaruhi kualitas udara di wilayah tersebut.
Dampak jangka pendek dan jangka panjang dari terjadinya jerebu juga telah menjadi perhatian utama dalam penelitian. Beberapa studi menunjukkan bahwa jerebu dapat menyebabkan peningkatan risiko terjadinya masalah kesehatan seperti infeksi saluran pernapasan, asma, dan alergi. Selain itu, jerebu juga dapat mempengaruhi kualitas tanah dan air di sekitar wilayah yang terkena dampaknya.
Dengan memperhatikan hasil penelitian ini, perlu adanya tindakan pencegahan dan penanganan yang tepat untuk mengurangi risiko terjadinya jerebu dan dampak negatifnya bagi kesehatan manusia dan lingkungan. Hal ini meliputi upaya untuk mengurangi aktivitas pembakaran hutan dan lahan, meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai bahaya jerebu, serta mengembangkan teknologi yang dapat membantu mengurangi emisi asap dan debu.
Epilog
Kesimpulannya, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya jerebu, yang sebahagian besarnya disebabkan oleh aktiviti manusia seperti pembakaran hutan dan lahan, pembakaran sampah, dan pencemaran udara. Musim kemarau yang panjang dan kering, topografi daerah, dan kelembapan udara juga turut mempengaruhi kejadian jerebu. Oleh itu, kesedaran akan pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangkan aktiviti yang dapat mencemarkan udara menjadi amat penting bagi kita semua. Kita perlu bersama-sama mengambil tindakan untuk menjaga dan memelihara alam sekitar agar kita dan generasi masa depan dapat menikmati udara bersih dan sihat.