Sistem Ejaan Rumi Bahasa Melayu | Konsep | Pola Keselarasan | Jenis Keselarasan | Kekecualian Keselarasan | STPM | My Wislah | Wislah Malaysia |
Sistem Ejaan Rumi Bahasa Melayu (Konsep, Pola Keselarasan, Jenis Keselarasan, dan Kekecualian Keselarasan)
Dalam tulisan, ejaan memiliki peranan penting sebagai representasi bunyi dalam sistem lisan atau percakapan. Bahasa Melayu memiliki dua sistem ejaan, yakni ejaan Rumi dan ejaan Jawi. Meskipun demikian, ejaan Rumi umumnya lebih sering digunakan dalam urusan resmi. Artikel ini akan membahas secara rinci tentang Sistem Ejaan Rumi Bahasa Melayu, yang telah diperkenalkan secara resmi pada 16 Agustus 1972. Penyusunan pedoman ejaan Rumi dilakukan oleh Jawatankuasa Tetap Bahasa Malaysia yang ditunjuk oleh Menteri Pendidikan Malaysia dan dikelola oleh Dewan Bahasa dan Pustaka. Sistem ejaan ini juga diselaraskan dengan ejaan bahasa Indonesia. Salah satu aspek penting dalam sistem ini adalah pola keselarasan huruf vokal, yang akan dijelaskan dengan detail dalam artikel ini.
A. Konsep Ejaan Rumi Bahasa Melayu
Sistem ejaan adalah metode atau cara menulis kata-kata dengan menggunakan huruf. Dalam bahasa Melayu, digunakanlah Sistem Ejaan Rumi Baharu Bahasa Melayu, yang secara resmi diperkenalkan pada 16 Agustus 1972. Badan yang bertanggung jawab menyusun pedoman ejaan Rumi di Malaysia adalah Jawatankuasa Tetap Bahasa Malaysia yang ditunjuk oleh Menteri Pendidikan Malaysia, dengan pengelolaan oleh Dewan Bahasa dan Pustaka. Ejaan Rumi ini juga diselaraskan dengan ejaan bahasa Indonesia.
B. Pola Keselarasan Huruf Vokal dalam Ejaan Rumi
Salah satu aspek penting dalam Sistem Ejaan Rumi Bahasa Melayu adalah pola keselarasan huruf vokal. Keselarasan vokal mengacu pada kesesuaian dua huruf vokal yang muncul dalam dua suku kata dalam sebuah kata dasar. Suku kata yang dimaksudkan adalah suku kata praakhir terbuka atau tertutup, dan suku kata akhir tertutup. Pola keselarasan tertakluk pada prinsip atau syarat-syarat berikut:
- Berdasarkan kata dasar saja.
- Kata dasar yang berakhiran suku kata tertutup.
- Hanya dua suku kata terakhir yang dihitung jika kata dasar tersebut memiliki lebih dari dua suku kata.
C. Jenis Pola Keselarasan Huruf Vokal
Pola keselarasan huruf vokal dalam Sistem Ejaan Rumi Baharu Bahasa Melayu terdiri dari dua jenis utama, yaitu pola keselarasan utama dan pola kekecualian.
1. Pola Keselarasan Utama
Dalam Sistem Ejaan Rumi Bahasa Melayu, terdapat 18 pola keselarasan vokal utama. Setiap pola ini menunjukkan bagaimana vokal pada suku kata praakhir akan disesuaikan dengan vokal pada suku kata terakhir dalam kata dasar. Berikut adalah beberapa contoh pola keselarasan utama:
- Pola 1: a – a (Contoh: ayah, rancak)
- Pola 2: a – i (Contoh: adik, sakit)
- Pola 3: a – u (Contoh: atur, pancur)
- Pola 4: e pepet – a (Contoh: eram, ternak)
- Pola 5: e pepet – i (Contoh: celik, herdik)
- Pola 6: e pepet – u (Contoh: jemput, lentur)
- Pola 7: e taling – a (Contoh: enak, tepak)
- Pola 8: e taling – e taling (Contoh: ejek, cetek)
- Pola 9: e taling – o (Contoh: elok, bengkok)
- Pola 10: i – a (Contoh: iras, singkat)
- Pola 11: i – i (Contoh: ingin, rintis)
- Pola 12: i – u (Contoh: ikut, pikul)
- Pola 13: o – a (Contoh: olak, joran)
- Pola 14: o e taling – o e taling (Contoh: oleng, songket)
- Pola 15: o – o (Contoh: otot, sotong)
- Pola 16: u – a (Contoh: ulat, sumpah)
- Pola 17: u – i (Contoh: ulit, tumis)
- Pola 18: u – u (Contoh: urut, turun)
2. Kekecualian Keselarasan Vokal
Pada Sistem Ejaan Rumi Bahasa Melayu, terdapat juga pola kekecualian yang tidak mengikuti pola keselarasan huruf vokal. Pola ini digunakan untuk mengeja kata-kata dari bahasa asing, terutama bahasa-bahasa di Nusantara dan bahasa Inggris. Terdapat 18 pola kekecualian keselarasan vokal dalam bahasa Melayu.
Penutup
Sistem Ejaan Rumi Bahasa Melayu merupakan landasan penting dalam penulisan yang menjaga keindahan dan konsistensi tulisan dalam bahasa Melayu. Melalui pola keselarasan huruf vokal, tulisan menjadi lebih konsisten dan mudah dipahami. Dalam mengimplementasikan sistem ejaan ini, pengetahuan tentang pola keselarasan utama dan kekecualian menjadi kunci utama. Dengan memahami dan mengikuti pedoman ejaan yang telah ditetapkan, kita dapat mempertahankan kekayaan bahasa Melayu melalui tulisan yang jelas dan efektif.