Ciri Ciri Masyarakat Agraria di Belanda | Sejarah | Penggal 1 | STPM | My Wislah | Wislah Malaysia |
Ciri Ciri Masyarakat Agraria di Belanda (Sejarah STPM)
Masyarakat agraria di Belanda telah mengalami perkembangan pesat sejak abad ke-17. Kegiatan ekonomi utama mereka berpusat pada pertanian, peternakan, dan industri tekstil. Artikel ini akan mengungkapkan ciri-ciri penting masyarakat agraria Belanda, termasuk kegiatan ekonomi, pola petempatan, sistem pengairan, perkembangan teknologi pertanian, pengenalan kaedah baru, serta penambakan laut untuk kawasan pertanian.
A. Kegiatan Ekonomi Masyarakat Agraria di Belanda
Kegiatan ekonomi masyarakat agraria di Belanda pada abad ke-17 berpusat pada pertanian. Peningkatan penduduk mendorong pertanian dilakukan secara ekstensif. Mereka menanam berbagai sayur-sayuran seperti bebawang, bijirin, biji cole, ketumbar, lobak, dan teasel. Masyarakat Belanda juga merupakan masyarakat Eropah yang paling banyak mengonsumsi sayur-sayuran.
Selain pertanian, industri berbasis pertanian juga berkembang pesat, seperti industri linen, pakaian, dan minuman keras. Tanaman madder menjadi sumber serbuk pewarna dalam industri tekstil, dan masyarakat Belanda mengekspornya ke England. Industri tekstil berpusat di wilayah Brabant dan Flanders, dan penanaman madder mendorong pembangunan kilang tekstil di Leiden. Tanaman teasel juga digunakan dalam industri tekstil untuk menenun kain.
Aktivitas penternakan juga dilakukan dengan giat, terutama di bagian timur Belanda, seperti di sekitar kota Hertogenbosch, Lier, dan Diest. Pertambahan penduduk pada abad ke-16 dan ke-17 mendorong perkembangan sektor penternakan lembu dan kambing di Belanda.
B. Pola Petempatan Masyarakat Agraria di Belanda
Masyarakat agraria di Belanda mendiami kawasan pinggir pantai yang sangat subur untuk beraktivitas pertanian. Sebagian besar kawasan pertanian berada di bawah paras laut, dan mereka melakukan usaha menebus guna tanah untuk pertanian. Hingga tahun 1680, telah ditebus guna tanah seluas 127,000 hektar untuk berbagai aktivitas pertanian.
Beberapa petempatan masyarakat agraria terletak di kawasan yang telah ditebus guna, seperti Pulau Zuid-beveland, Middlezee, Oud-Beijerland, dan New-Beijerland. Selain itu, ada juga petempatan di Kawasan Friesland, Zeeland, Flanders, dan Utrect.
C. Sistem Pengairan Masyarakat Agraria di Belanda
Masyarakat agraria di Belanda memiliki kemampuan tinggi dalam sistem pengairan. Mereka menggunakan kincir angin untuk menyalurkan air dari tanah yang telah ditebus guna untuk pertanian. Hal ini penting karena sebagian besar tanah pertanian yang subur berada di bawah paras laut.
Usaha untuk menambak tanah untuk pertanian dimulai pada tahun 1545. Pada tahun 1505 hingga 1506, muara Sungai Middelzee telah ditambak untuk tujuan pertanian. Hingga pertengahan abad ke-17, sebagian besar wilayah Zeeland telah ditambak untuk pertanian. Di wilayah Zeeland, luas tanah yang ditambak meningkat dari 85,000 hektar menjadi 127,000 hektar antara tahun 1600 dan 1680. Usaha penambakan tanah juga dilakukan di Oud-Beijerland (1557) dan Nieuw-beijerland (1582), yang menyebabkan tanah seluas 2300 hektar ditebus guna.
D. Peningkatan Teknologi Pertanian
Pada abad ke-16 dan ke-17, terjadi perkembangan pesat dalam teknik dan kaedah pertanian di Belanda. Pengembara dari negara-negara seperti England, Prancis, Jerman, dan Italia mengunjungi Belanda dan terkesan dengan kemajuan pertanian mereka. Kegiatan pertanian di Belanda dianggap sangat maju dibandingkan dengan negara-negara lain di Eropa.
Banyak kaedah pertanian dari Belanda telah menyebar ke negara-negara lain. Di antara perkembangan penting adalah Kajian Mengenai Sistem Pertanian Belanda dan Sistem Pinggiran Tanaman.
E. Pengenalan Kaedah Pertanian Baru
Masyarakat agraria di Belanda melakukan pemugaran tanah untuk mengekalkan kesuburan tanah pertanian. Mereka juga menciptakan peralatan tengala baru, seperti yang digunakan di Gelderland. Kaedah pengiliran tanaman mulai diperkenalkan pada abad ke-16 dan ke-17 untuk menjaga kesuburan tanah. Tanaman sengkuang dan kekacang ditanam bergantian dengan bijirin dalam sistem pengiliran ini. Sistem ini mulai diterapkan secara luas di wilayah Waes pada tahun 1644, dan di selatan Edegem di wilayah Brabant pada tahun 1800. Pengenalan sistem pengiliran tanaman menyebabkan sistem tanah berpindah yang digunakan sebelumnya dihapuskan.
F. Penambakan Laut untuk Kawasan Pertanian
Aktivitas penambakan laut dilakukan untuk memperluas kawasan pertanian di Belanda. Pada awal abad ke-17, pemerintah Belanda berhasil meningkatkan luas kawasan pertanian dan hasil pertanian melalui penambakan laut.
Penutup
Masyarakat agraria di Belanda pada abad ke-17 memiliki ciri-ciri unik yang membuat mereka maju dalam sektor pertanian dan industri tekstil. Sistem pengairan yang canggih dan pengenalan kaedah baru dalam pertanian menjadi kunci keberhasilan mereka dalam mempertahankan kesuburan tanah dan meningkatkan hasil pertanian. Penambakan laut menjadi contoh bagaimana mereka berhasil memperluas kawasan pertanian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi yang berkembang. Semua ciri ini menggambarkan bagaimana masyarakat agraria di Belanda mengelola sumber daya alam mereka dengan bijaksana untuk mencapai kemajuan ekonomi yang signifikan.